Jangan Ditiru
Selamat Pagi.
Sudah lama sekali ya tidak
menulis di blog ini. Dan kalimat sapaan ini pun terbaca hampir sama dengan
tulisan tulisan yang sebelunya, hahaha... Mohon maaf lahir dan batin, akibat
kemalasan tingkat expert untuk mengetik dan membagi apapun yang kurang lebih terjadi
setahun ini, membuat saya menjadi tidak pernah mem-posting apapun di sini.
Terlalu banyak. Benar, terlalu
banyak hal yang belum saya ceritakan di sini kepada teman semuanya. Sudah tau
kan, kalau saya tidak pernah malu atau sungkan untuk membagi pengalaman pribadi
saya di sini. Baik yang membahagiakan, yang biasa, sekalipun yang pahit dan
sama-sekali tidak pernah saya sangka sebelumnya. Well, some of you sudah
mengetahuinya, akan tetapi biarkanlah di sini saya yang mengungkapkan. Boleh
teman semua mengambil sisi baiknya, dan menjadikannya referensi jika akan
menjalani sesuatu.
Kabar saya sehat. Begitu juga
harapan saya ke teman semuanya. Musim sedang penghujan, dan bukan berarti
menjadikan kita bermalasan. Memang, udaranya sedang enak-enaknya. Dingin, dan
beberapa teman saya mengatakan ,”hawane turu-able”. Hahahaa.... YAWN.
Saya sudah berpindah kerja, tapi
pekerjaan masih sama. Setelah hampir 3 tahun saya belajar banyak sekali di ibis
Styles Yogyakarta, akhirnya dengan sedikit nekad (ibuk saya bilang bahwa saya
itu orang yang cukup nekad), akhirnya saya mencoba mencari ladang yang lain.
Dan alhamdulillah, sejak Agustus yang lalu, saya menclok di tempat yang baru,
namanya adalah Harper Mangkubumi Yogyakarta by Aston. Liku perjalanan orang
hotel mungkin terlihat agak berbeda dengan orang-orang yang bekerja di kantoran
yang lain. Kami, yang di hotel, yang masih punya banyak keinginan untuk career
development, adalah menjadi hal yang biasa untuk berpindah sini dan sana dalam
kurun waktu 1-2 tahun. Saya sih sampai sekarang masih setuju. Karena selama
kaki ini masih bisa diajak kompromi untuk menjalani hal-hal baru yang lebih
menantang, kenapa tidak.
Termasuk bergabung ke dalam tim
hotel baru (sebutannya adala pre-opening team), yang ter-nya-ta adalah we-o-we
alias WOW. Hahaha...serius. Ya dari load pekerjaan, tingkat stress, timing, dan
every-single-thing yang ada di dalamnya benar-benar menguras energi dan,
kesabaran. Dilatih untuk sangat triple disiplin. Tidak mudah mengeluh. Menerima
keadaan hotel yang masih porak poranda. Turn over yang cukup signifikan (ya
bagi mereka-mereka yang shock dengan kelabilan hotel pre-opening,
heheheheheheheheheeee), dan masih banyak lagi lainnya. Itu semua benar-benar
membuat saya melongo. Bahwa apa yang saya pelajari hampir 3 tahun sebelumnya
adalah masih sebagian kecil dari job saya sebagai human resources. Tapi ini
semua priceless. Sangat-tidak-bisa-digantikan-dengan-uang. Segala pengalaman,
didikan, teguran, pujian, dari sana dan sini yang membuat saya sepertinya makin
jarang marah dan menyadari bahwa, ini kehidupan. Yang kita tidak pernah bisa
tebak akan seperti apa. Hidup yang bisa sangat baik, dan bisa sangat jatuh, dan
sakit. Itu juga mungkin yang membuat saya kebal asam lambung, karena sekarang
terbiasa minum kopi sehari 3 kali dan tidak terjadi apa-apa, alhamdulillah :D
Uban saya hilang. Setelah muncul
di akhir tahun 2013. Hilang juga karena di sekitar bulan Juni kemarin sempat
saya cat menjadi agak coklat, dan sekarang saya cat hitam lagi. Hahaha...
sedikit gak penting. Tapi saya kena complain, masa udah kelihatan uban
memanjang di poni 6 helai. Sudahlah, mungkin kalau besok saya sudah agak tua,
cat-mengecat ini tidak saya lakukan, biarlah memutih seperti seharusnya. Takdir
apa yang bisa ditolak manusia.
Dulu saya pernah dapat kalimat
bahwa ,”takdir itu bisa diubah oleh manusia.” Akan tetapi sampai sekarang saya
tidak tau dan masih mencari jawaban dari itu. Mungkin, pilihan yang bisa
diubah, tentunya jika masih ada kesempatan dan kemauan untuk berubah. Lagi-lagi
untuk hal yang sebaiknya lebih baik dari yang sebelumnya.
Seperti yang sempat saya singgung
sebelumnya bahwa, banyak hal yang terjadi di luar prediksi saya, mengenai
pilihan hidup saya (too much saya anyway), haha... Iya benar. Terkadang sisi
hati dan pikiran keras saya mengatakan bahwa saya pasti bisa melewati badai dan
topan ini dengan seakan-akan saya berdiri tegak menantang itu semua. Akan tetapi
yang terjadi adalah, saya tumbang, sakit, dan malu. Karena sekuat-kuatnya
manusia mencoba untuk bertahan terhadap sesuatu hal yang mungkin kurang 100%
diyakini, maka terjadilah seperti ini.
Ya, saya bercerai. Dari mantan
suami saya di beberapa bulan yang lalu. Well, sungguh tidak mudah menuliskan
ini semua di sini. Akan tetapi tidak ada yang perlu ditutupi. Bahwa memang kami
sudah berpisah sebagai suami dan istri. Tetapi percayalah bahwa kami masih
berteman. Jika teman semuanya mungkin mengetahui bagaimana perjalanan saya dan
Auf untuk bersama dan kemudian menikah, pasti akan kaget. Jangankan teman
semuanya, saya pun tidak pernah membayangkan bahwa ini terjadi. Akan tetapi,
yasudah. Hal ini memang harus kami lewati dan diselesaikan. Dan saya percaya
bahwa ini adalah jalan yang terbaik walaupun pahit, sangat pahit untuk
dijalankan. Ikhlas pun membutuhkan waktu yang panjang. Namun, di balik
semuanya, ini adalah pelajaran paling berharga dalam kehidupan saya selama 26
tahun saya hidup, iya sampai saat ini saya mengetik tulisan ini.
Tuhan pasti tidak senang dengan
orang-orang yang mengalami perceraian. Bagaimana sih? Dulu meminta ridho untuk
menjalani kehidupan berdua, dengan janji yang sangat sakral. Akan tetapi,
kenapa kemudian menyerah? Ada hal-hal yang saya tidak bisa bagikan di sini. Cukup
hanya kami dan Tuhan yang mengetahui persisnya seperti apa. Walaupun saya yakin
bahwa teman semuanya mempunyai tebakan dan opini sendiri-sendiri, fine, tidak
masalah dan saya tidak menjadikan itu masalah. Silakan, itupun bukan menjadi
urusan saya, hehe...
Percayalah bahwa menjalani hidup
ini tidak mudah dan perlu perjuangan yang maksimal. Percayalah bahwa saya
sangat menyesali hal ini bisa terjadi, apalagi saya sendiri yang menjalaninya. Lagi-lagi
saya pun juga tidak tahu seratus persen kenapa ini bisa terjadi terhadap saya.
Namun saya sudah sangat ikhlas untuk menjalani hari kemudian dengan posisi saya
sekarang. Tahulah, bahwa prejudice, stempel, dan apapun itu yang menempel pada
seorang perempuan janda di ranah Indonesia seperti apa. Itu berat, sungguh. Dan
saya memilih untuk menjalani semuanya dengan apapun yang orang pikirkan, dengan
sebaik mungkin. Kuat ya harus kuat, malu sudah kemarin-kemarin dan bukan
berarti saya tidak malu dengan kejadian ini, jangan salah prasangka dulu. Masih
banyak hal yang menunggu untuk dikerjakan dan diraih. Masih banyak hal yang
harus saya selesaikan sebagai obat dari rasa aneh yang sekarang ada dalam diri
saya. Luka itu tidak akan pernah hilang, baik dari batin maupun pikiran saya.
Memori itu tidak akan pernah bisa hilang. Dan semua itu harus saya makan
beserta segala sesuatunya, untuk bekal menjalani hidup saya yang selanjutnya,
ntah sampai kapan saya dikasih hidup di dunia oleh Tuhan Yang Sungguh Maha Baik
dan Pengertian.
Dear guys, jangan jadikan jadi
suatu contoh untuk dijiplak. Jauhilah hal ini sejauh mungkin. Berpikir matanglah
sebelum memutuskan sesuatu. Itu saja.
Semoga hari kita semua semakin
menyenangkan dan dalam berkat Tuhan Yang Maha Baik.
Selamat hari Selasa. Cheers.
Comments