Hectic

Kesusahan menikmati pentingnya hidup dan berjuang untuk hidup. Perasaan tidak mampu dan bosan dengan gangguan yang monoton sekali. Sekali lagi bosan. Jenuh. Ingin rasanya menjumpai situasi baru di mana belum ada satu halpun yang sama dengan apa yang sudah terjadi 22 tahun ini. Tidak ada lagi ini itu. Katakanlah egoisme sesaat dengan pertimbangan bahwa semua akan menjadi kembali seperti semula ketika sudah selesai bersenang-senang dengan sesuatu yang baru. Sekali lagi bosan. Jenuh. Bayangan ini itu. Semua serupa. Semua seolah-olah menjadi hantu. Hantu bayang-bayang. Walaupun tidak yakin apakah itu ada atau tidak. Timbuktu. Di mana Timbuktu? Ijinkan peta atau atlas menunjukkan. Dan ketika telunjuk ini menyentuhnya maka dengan sendirinya akan mengorganisir seluruh tubuh, jiwa dan perasaan ini menuju kesana. Ijinkan saja. Semisal dapat.
Haus. Saya haus dengan harmoni. Haus yang menyegarkan. Jika ada, ijinkan saya haus.
Lapar. Saya lapar akan ketenangan. Lapar yang menenangkan. Jika ada, ijinkan saya lapar.
Saya rindu. Rindu dengan Bapa saya. Bapa yang mungkin sedang melihat ragilnya bosan, lapar,dan haus.
FTV. Apa ada hidup seperti di FTV? Semuanya happy ending. Susah sedikitpun tetap dengan gelora yang indah. Jika ada hidup seperti FTV, ajaklah saya bekerja di sana.
Kreasi kreatif. Dikeluarkan dengan sambutan cibiran dan pandangan memicing. Apa daya hamba hanya bisa menyanyi, tanpa mampu menggubah syair atau melodi. Inderaku merasa. Inderaku mendengar. Inderaku melihat. Sekalipun kurang bisa menangkap bau busuk dari bisikan-bisakan di tepian sana. Indera mata hati yang memenangkan.
Menulis. Ditorehkan dengan sepenuh hati. Adalah sesuatu yang hakiki. Belajar menulis adalah suka. Sukaku, sukamu, suka kita. Meski tidak selamanya menulis, karena menulis migrasi dan ditempati dengan mengetik. Menulis tulisan. Apa saja. Sekalipun kadang memberatkan, tetapi tulisan adalah tulisan. Hakiki dan intuisi personal.
Bicara. Terimakasih karena hidup ini lengkap dengan organ tubuh sebagai sarana. Hanya jika diperlukan. Jika tidak, bolehkah saya menumpang selotip?
Pinjam. Boleh saya pinjam? Perkakas keindahan yang tak saya punya. Biar saya indah menurut versinya. Versi antah berantah. Boleh saya menumpang? Menumpang berdiri di atas karpet, supaya saya terlihat seperti versinya. Boleh saya minta yogurt? Yogurt merek negara terseksi dan ter-romantis. Tapi saya mau muntah. Muntah estetika. Semuanya ingin keluar dari sel dan syaraf simpatik serta parasimpatik saya. Sudah lupa rasa marah.
Tahu di mana rumahnya si ikhlas? Tolong tunjukkan kepada saya. Saya bersedia mengankat telepon dan membalas sms atau email atau mesej via kemayaan sekalipun, jika ada yang berbagi rumah si ikhlas. Hubungi saya.

Comments

Popular posts from this blog

Grafik Perasaan

Patah

20(13)