Kangen (Sudsun Lawasan)
Saya akhir-akhir ini merindukan saat di mana band saya dengan personil awal. Ada Mang Adit, si gaul Pandu, Wowo agogo, dan Dewi Srumbatwati, serta saya sendiri Wawawawa..(terserah mau berapa kali manggil Wa). Saya keinget ketika pertama diajakin untuk gabung di SS dan ditawarin main di akustikan Trax tapi berhubung saya tidak siap, maka tidak jadi. Lalu saya dengan rutin ikut latian dan akhirnya saya bisa menyesuaikan diri. Saya akui saya tidak mempunyai suara sedahsyat si Mang a.k.a Dayu Komang, tapi saya sudah berusaha untuk menjadi saya sendiri.
Saya merindukan saat-saat mumet gak dapet aransemen apapun. Saat satu0satunya harapan cemerlang Mang Adit yang jago untuk memunculkan ide-ide ciamik, tapi telat sejam karena alasan ujan dan blab la bla. Pengen kembali ke masa-masa di mana semuanya senang atau sedih abis main. Pengen kembali merasakan ketika saya pertama kali main di acara John Peel dan saya sangat amat gugup sekali sodara-sodar. Sampai-sampai tangan saya dingin dan mules nian perut saya. Saat band saya gak dapet tepuk tangan. Saat band saya dapet tepuk tangan yang riuh sekali. Saat sepaneng dan serius ketika mengerjakan rekaman ala kadar ala abal abal. Saat ngrusuhi Oom Daru untuk dipinjem komputernya yang onlen tiap saat untuk aktivin myspace, liat mbak-mbak kece di MySpace (untuk Mang Adit dan Pandu terutama). Saat kami tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk EP kami. Saat mengambil kaos, jaket, dan celama untuk endors-an kami. Saat ngobrol untuk nasib SS karena Mang Adit akan meroket dengan Kupu-Kupunya, karena Pandu udah keterima kerja di BRI, karena Mudy pindah Bandung (dan syukurlah sekarang jadi wartawati paling cuttingedge di Bernas, hehe) saat gonta-ganti pemain. Sampai sekarang ketika Petho jadi gitaris kami, sampai Mudy balik lagi ngedrumin, saat masih cari orang lagi untuk melengkapi kami, biar ganep (hehe..)
Saya rindu saat kami susah susah gampang cari sponsor. Saat foto-foto kece. Saat dirasani siapapun itu. Saat menjadi buah cibiran di kanan kiri karena jadi kover majalah. Ya biasalah. Susah mengambil hal positif itu jadinya keluarnya kayak karbon. Saat genjrang genjreng ra cetho. Saat malem-malem dapet lirik curhatan dari Moody. Saat saling kesel. Saat saling marah, kecewa. Saat main di Solo, keluar kota untuk pertama kali, terimakasi untuk Wisnu Carment. Saat duet maut dengan Mbak Mang. Saat dianggap bubar. Saat dianggap hanyut. saat dianggap remeh oleh saya tidak tahu nama kalian. Tapi terimakasih. Itu ada pacuan untuk saya untuk membuktikan yang lebih baik yang bisa kami lakukan sekarang. Gak sekedar omong besar, tapi kami berusaha membuktikan menjadi lebih baik dari yang sudah terjadi.
Saya juga merindukan saat bingung mau pake baju apa saat mau main, karena endorsan lagi seret karena sedang pisah dan terbelah jadi dua. Saat kami memutuskan untuk tetap belum bubar (embuh sesuk, hehehe…). Saat saya menonton SS main di Indiefest tapi kalah. Saat sesi foto majalah yang kontan membuat kami ketawa karena Mudy matanya melotot terus, hehe..saat kami gak punya duit terus lama gak latian. Saat saya mendengarkan CSS pertama kali di kontrakan Oom Daru dan nge-fans berat sama mereka. Saat saya suruh dengerin Blondie, YYY’s, Teenagers, The Sundays, Young and Restless (sial, ini salah satu momen yang saya kecewa gak bisa nonton).
Dan semua saat-saat yang mungkin gak akan selesai saya tulis saat ini.
Saya merindukan semua saat-saat itu. Sms dan chat saya dengan Agogo dan Pandu membuat semangat saya yang belakangan ini redup jadi kembali menyala (rodo lebay sih). Begitu juga lirik-lirik yang melirik itu sudah datang dalam pencerahan saya, membuat saya lebih bersemangat. Thanks Mudy, kamu adalah suplai lirik terciamik sepanjang SS;p
Saya senang dalam SS. Saya senang ada dalam lingkaran yang kadang kayak lingkaran setan bagi saya. Saya senang saya pernah bertemu dengan orang-orang yang berpengaruh dalam hidup saya. Saya senang dari panggung ke panggung kayak putri sinden panggung. Saya senang berawal di Whatever karena saya bisa mengenal orang-orang signifikan dan berpengaruh dalam bermusik. Coba saya jaga dugem fesyen shop, mungkin gaji lebih besar, tapiii…semuanya tidak terbayarkan dengan pengalaman yang saya dapat.
Saya patut bersyukur dengan masih adanya SS sampai sekarang. Dan semoga menjadi lebih baik dan tidak harus disukai sama semua orang juga, tiap orang punya selera masing-masing, rite?
Comments