Western vs Eastern?

Tadi siang, saya dapat berita lucu dari teman saya yang sangat gaul dan eksis. Dia cerita nggedubris sama saya tentang seseorang yang sudah memilih jalan hidupnya untuk lebih bertindak jauh dengan pasangannya. Tidak etis saya kemukakan di sini siapa dan bagaimana kronologis ceritanya.
Namun teman, pada intinya, saya jadi cukup merenung dan berpikir. Apakah sekarang remaja dan anak-anak muda di Indonesia bahkan termasuk di Jogja sendiri, sudah melupakan sisi Ketimurannya? Saya juga bukan orang yang seratus persen mengikuti jalun Ketimuran. Walaupun saya keturunan daerah Arabian dan Javanese, ada beberapa hal yang saya campur dengan pengaruh dari Barat, termasuk selera musik dan saya contoh kehebatan dalam kemajuan teknologi serta sistem pendidikan informasinya. Itu bagus. Namun untuk beberapa hal misalnya punya anak tapi tidak menikah, tinggal satu atap dengan BF/GF, dan segala sesuatu yang berbau sangat liberal radikal, uhm…nanti dulu deh..dan bahkan sudah begitu banyak gerakan menentang sex before marriage di Eropa, Amerika, dan Australia, salut kan?
Akhir-akhir ini banyak cerita yang cukup membuat saya terkejut. Dari beberapa orang yang saya anggap tidak akan melakukan sesuatu yang tidak bermoral dan tidak sesuai norma, eh malah melakukannya dan dalam rangka menanggung akbir perbuatan sendiri.
Pun saya bukan orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, akan tetapi bersyukurlah saya orang yang masih punya sisi Timur dalam diri saya, seperti tadi siang yang diceritakan teman saya. Mengkin tulisan ini agak membingungkan ya? Karena saya kurang detil menggambarkan pengalaman apa dan pelajaran apa saya hari ini, tapi percayalah sungguh, saya tidak sampai hati untuk membeberkannya di sini, karena saya agak sungkan untuk memaparkan itu semua.
Namun, pada intinya, bersyukurlah kita sudah dilahirkan di tanah yang menganut norma serta adat istiadat yang masih kental..makanya, sebisa mungkin dijalani, saya juga berusaha kok, walaupun kadang kesandung-sandung, hehe…
Hati-hati teman, dunia makin kejam. Ngerasa enak dikit, ati-ati loh kebablasan. Be aware. Cheers.

Comments

Hm... speechless! enggak tahu apa mesti ikut mengangguk atau menggeleng. Soalnya, aku juga bingung apa "itu" termasuk produk westernisasi atau bukan?
Bagi kebanyakan negara maju yang (mungkin) agama tidak menjadi terlalu penting, seks sebelum menikah dinilai sah-sah saja karena temenku pernah bilang kalo seks itu termasuk kebutuhan alami manusia. *aww...awww...awww*
Jadi gk masalah asal dilakukan secara aman dan nyaman.

Kalo masalah ketimuran, hm... aku pernah dengar kalo ada adat-istiadat di Cina (aku enggak tahu pasti suku yang mana di Cina), jadi kalo ada dua orang yang saling sayang terus mau melangsungkan pernikahan, kedua orang tersebut harus melakukan seks pranikah jadi biar tahu apa si cewek ini subur apa enggak. Kalo dia hamil, maka pernikahan akan dilangsungkan, kalo gk hamil-hamil juga... ya enggak nikah. Gileee... edan gak tuh, Ndan?

Lambat laun aku mikir... Mindset tersebut terbentuk tergantung kondisi aja sih. Kalo di Indonesia nanti nilai dan norma yang ada kian hari kian terkikis, bisa jadi seks di luar nikah bisa menjadi hal yang biasa. Gk tabu lagi gt, Ndan. Kalo mau nyalahin produk westernisasi, yah agak rancu juga. Soalnya, di beberapa belahan dunia lainnya ada juga yang menjadikan seks sebelum nikah itu sebagai suatu adat-istiadat.

Yah, intinya masing-masing dari kita saling menjaga aja prinsip apa yang kita anggap benar. Enggak mungkin juga kita maksain orang lain untuk ikut aturan main kita.
Yang jelas, kamu udah kasih tahu ke publik kalo ada resiko-resiko yang harus dihadapi akibat kenikmatan yang begitulah... selanjutnya, biarkan mereka berkreativitas dalam mencermati isi tulisan kamu... :)

Semangat, Ndan!
athanasius wrin said…
saya kira kalau semua dilakukan secara sadar dan bertanggungjawab, dalam artian kita akan tahu resikonya dan bla..bla..bla lainnya yang akan terjadi bila sex before marriage dan akhirnya terjadi kehamilan, yoh ra popo..santai wae nek menurutku..

tapi masalahnya sekarang kan, hampir semua anak muda nggak mikir kaya gitu, yo mung waton ceblas ceblus wae ra nganggo mikir, lah nek wis koyo ngono kuwi kadang2 pikiran masa depan sudah tidak lagi menjadi pertimbangan je, sing penting perasaan nikmat "walaupun hanya sesaat"...

saya kira kalau semua orang sadar penuh tentang tantangan yang akan mereka hadapi ke depan bila melakukan hal-hal tersebut dan kebablasan, tentu hal kaya gini nggak akan jadi fenomena..

masalahnya ciri khas anak muda ki kadang-kadang,, durung sadar nek durung kejlungup je...ckckckck..

be kerful!

mampir blog donk..haha

Popular posts from this blog

Grafik Perasaan

Patah

20(13)