Anne Frank

Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti kuliah perkembangan (baca: ngulang). Dosen saya ngasih beberapa materi tentang kepribadian seorang remaja. Karena hari itu panas, uhm, alasan aja sih sebenernya, saya gak gitu merhatiin apa yang diomongin sama dosen. Tapi yang saya inget adalah (masih untung ada yang nyantol) tentang beberapa kepribadian yang sangat mungkin terjadi dalam satu tubuh, dengan kata lain kepribadian ganda (boleh ganda campuran, atau gak pake telor, jayus:mode on). Nah, si ibu dosen itu menyinggung suatu buku yang saya kebetulan pernah baca judulnya, inget! Judulnya doank, belum bukunya, yaitu Anne Frank. Uhm..kayaknya ni buku ada deh di rumah, tpi di sebelah mana yak?
Nah (lagi), mala mini (waktu saya nulis postingan baru ini), saya inget sama rasa penasaran saya tentang keberadaan buku itu. Alhasil dengan niat yang cukup pas-pasan, saya nemuin buku itu di rak buku punya mbak Dew. Judulnya benerannya adalah Catatan Harian Anne Frank. Sampul bukunya warna pink, dengan cover wajah Anne Frank (mungkin) digambar 4 kali. Sebenarnya saya belum selesai sih bacanya, tapi dari halaman 1-46, ada satu tulisan Anne Frank itu sendiri yang cukup bikin saya setuju dengan dia. Yaitu bahwa kertas adalah benda yang paling sabar!
Menurutnya, kertas itu gak akan pernah bisa protes tentang apapun. Dia akan menerima tentang apapun, sekalipun kita mau mencoret sejelek apapun, mengumpat melebihi rasional, atau ketika kita lagi ngelamis (ini sih bahasa saya sendiri) tentang seseorang.
Jamannya Anne Frank mungkin belum gitu masuk media computer kali ye, tahun 1930-an, udah gitu doski Yahudi yang hidupnya sengsara gara-gara Hitler (malay sekalee)..yah mungkin, kertas saat itu sama fungsinya dengan Microsoft word di jaman sekarang. Tapi saya sih tetep setuju kertas yang paling sabar, soalnya computer itu bisa nglokro dengan tiba-tiba (contohnya punya saya skrg, ngoh!). Kertas itu terlihat diam, tapi bisa bicara apa saja, waw!
Kertas dalam kamus Anne Frank itu sebenernya adalah diary (buku curcolan anak-anak ABG, kebanyakan cewek sih) yang jadi hadiah ulang tahunnya, yang jadi saksi kebingungan kepribadiaannya yang ternyata berganda-ganda.
Sama kayak saya juga, mengenal diary waktu smp. Rajin banget dah kalo disuruh ngisi gituan, tapi isinya juga berkisar tentang cintrang cintrongan aja yang sama sekali aneh dan bikin saya sekarang mikir,”ternyata aku ki mbiyen koyo ngono toh, wagu”..haha..malu saya.
Kertas itu super. Super perannya. Sebagai “tempat sampah” isi pikiran kita. Uhm,tapi kertas juga membuat ada satu hal muncul di dunia ini, yaitu skripsi!! (jreng…jrengggggggggg)
Ambivalensi fungsi kertas jadinya, hehe..tapi terima kasih untuk kertas. Notabene saya jadi mulai suka menulis dari SD juga dibantu dengan kertas, dan walaupun sampe sekarang jenis tulisan saya masih jelek (dibandingkan perempuan-perempuan lain), tapi kertas membantu saya untuk bisa menulis.
Menulis di kertas, kertas ditulisi oleh saya.
Saya menulis di kertas.
Di kertas, saya menulis.

Comments

mimpikiri said…
hai wandan , salam hangat, saya juga udah baca buku ini, the diary of young girl, anne frank, dia gadis kecil yang kuat , mencurahkan pikiran kalut, ringan, sedrhana di diary , dari anne frank saya belajar banyak. eeh jadi keinget tumpukan diary dari sd yang masih saya simpen, ampe sekarang pun masih doyan nulis diary , ga tahu ya..rasanya lebih leluasa dan jujur aja sama temenku yang sunyi itu..hihihi
Anonymous said…
Auf:"Wah,kertas berisi cintrang cintrongan waktu smp?! Hmm,kira-kira ada aku gak ya?!=)"
Anonymous said…
@auf: ada donk donk...
@tria: iya, tapi sampe skrg ak belum slese baca, hahaha,,

Popular posts from this blog

20(13)

Patah

Sapa Rinduku Untukmu