Penolakan


Penolakan adalah suatu sikap di mana apa yang menjadi keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang berkenaan dengan orang lain, tidak diperbolehkan atau tidak diperkenankan dilakukan. Pengertian ini menurut definisi saya sendiri sih, hehe..jadi kalau tidak setuju, silakan mengkritisi, tapi harus punya solusi yaJ Penolakan bisa bermacam-macam tujuan dan alasannya. Paling dekat dengan kehidupan anak muda adalah ditolak cintanya, aw…aw…aw..hehe.. apa kamu pernah ditolak cinta yang kamu berikan pada seseorang? Atau kamu termasuk oknum-oknum yang menolak, apa saja boleh deh..
penolakan juga bisa terjadi karena tidak siap dengan keadaan yang harus dijalani. Misalnya ketika seseorang tidak bisa menerima sosok orang lain yang tiba-tiba masuk di dalam kehidupannya dan akan seumur hidup menghabiskan waktu bersama padahal seseorang tersebut tidak mau adanya kehadiran orang lain. Katakanlah jika seorang wanita yang bodoh, tidak mau mengakui bahwa akan ada seseorang yang lahir di dunia ini padahal jelas-jelas itu adalah hasil perbuatan yang sama-sama diinginkan oleh wanita itu dan pasangannya. Ujung-ujungnya aborsi dan dihantui rasa bersalah. Itu aja mending masih merasa bersalah karena sudah menolak kehadiran seseorang yang sebenarnya bukan merupakan anak haram. Istilah anak haram sendiri saya sangat tidak setuju. Karena seseorang lahir di dunia ini bagaikan selembar kerta putih tanpa noda. Yang bikin haram itu adalah perbuatan pada awalnya. Jadi tolong ya, jangan ada istilah anak haram lagi di dunia ini, sangat menyedihkan dan tidak adil bagi kelangsungan hidup si jabang bayi. Penolakan dilakukan karena tidak siap menanggung akibat perbuatan sendiri. Tak sanggup membayangkan bahwa akan “omongan” orang di sekitar, saudara, temen-temen, apalagi jika sebenarnya si pelaku adalah dari kalangan yang “terpelajar”. Suatu saat saya menemui kasus demikian. A adalah seorang penjunjung tinggi kehidupan kekal, kebebasan makhluk hidup untuk hidup termasuk hewan dan tumbuhan sehingga membuat ia memilih jalur hidup sederhana vegetarian. Namun, karena A terbuai dalam suatu situasi di mana ia melakukan suatu perbuatan yang nikmat sesaat, sehingga pada akhirnya ia menyesali perbuatannya, tetapi ia juga menghilangkan jejak dari hasil perbuatannya.  Fiuh..saya merinding. Masih muda, dengan semboyan semboyan yang menyambar-nyambar bagaikan halilintar di tengah sawah, tapi ternyata ketika situasi itu dihadapkan di depan mata, keok juga. Saya juga tidak berhak sih memberikan stempel-stempel tertentu atas apa yang dilakukan A di atas, mengapa ia sampai tega membunuh nyawa dalam kandungannya sendiri. Mungkin ada sebab-sebab lain kali ya, sehingga A memutuskan untuk untuk menolak kehadiran si jabang bayi.
Pindah ke kasus lain, saat itu S mengalami situasi yang cukup ribet. Situasi pertama adalah ia merasa bersalah karena dimintai tolong untuk membantu L karena baru mendapatkan pekerjaan tambahan. S memang berkewajiban membantu L karena S mempunyai ikatan batin dan fisik yang lekat dengan L. Namun S sedang tidak ada di tempat ketika dimintai bantuan. Singkat cerita, S datang pada L ketika pekerjaan hampir selesai. S melakukan pekerjaan yang masih tersisa. Kemudian S berusaha untuk membantu lebih jauh karena pekerjaannya tidak sampai segitu aja. Namun L menolak dengan alasan, nanti kamu capek, kan udah pergi seharian (dan dengan nada yang kurang enak di dengar). Mari kita lihat. Upaya seseorang untuk berusaha semaksimal mungkin memperbaiki suatu keadaan, ditolak. S memang salah karena ia sedikit lalai dengan kewajibannya, namun ia berusaha segera untuk mengerjakannya, bahkan ia mau mengerjakan akhir dari pekerjaan itu. Tetapi oleh L tidak diperbolehkan. Ada apa dengan itikad baik? Apakah ada yang salah dengan upaya perbaikan keadaan? Saya juga kurang tahu persis. Tapi, saya pribadi, upaya memperbaiki keadaan untuk menjadi lebih baik itu tidak ada salahnya, sekalipun itu memperbaiki keadaan dengan musuh kita. Apa enaknya hidup singkat di dunia ini hanya untuk memperkeruh suasana “perang” hati, apalagi dengan orang terdekat kita, misal orang tua, kakak, adik, sahabat, pacar atau kerabat. Berdamailah dengan diri kita sendiri terlebih dahulu. Itu adalah salah satu pelajaran penting yang saya dapat dari pacar saya. Mungkin kita tidak sadar, terkadang kita tidak berdamai dengan diri kita sendiri. Kita sering mengutuki atau kecewa dengan keadaan diri kita saat ini, yang kurang ganteng, kurang pinter, kurang beruntung, gak bisa bahasa Inggris, gak bisa nyanyi, gemuk, kulitnya item, suaranya cempreng, dan sebagainya. Mungkin kita harus mulai belajar untuk menerima anugerah tubuh yang sehat dan masih bisa bertahan sampai saat ini dan ucapkanlah syukur kepada Tuhan kita. Bukankah sesuatu yang indah ketika pagi kita masih bisa melek dan memandang berbagai warna dalam kamar kita? Terima segala kekurangan yang ada dalam diri kita masing-masing dan juga selalu sadar bahwa diri kita tidak yang terbaik dari yang lain. Diri kita adalah sama dihadapan Tuhan yang Maha Adil. Tidak perlulah kita merasa lebih baik yang “berlebihan” terhadap orang lain, masing-masing punya positif dan negatifnya masing-masing. Mungkin lagi, kita juga perlu saling menghargai satu sama lain dengan apa adanya tanpa tedeng aling-aling dan mungkin dengan cara yang demikian, penolakan penolakan yang mungkin selama ini kita lakukan terhadap orang lain akan berkurang sedikit demi sedikit. Jangan pula menolak keadaan diri kita ya, Tuhan sudah sangat baik hati menciptakan kita yang masih bisa melanjutkan kehidupan sampai saat ini.
Uhm…apakah saya terkesan menggurui? Ya apapun kesan yang tersirat dalam tulisan ini,jika ada yang kurang berkenan, saya mohon maaf. Saya hanya ingin menulis, menulis, dan menuangkan apa yang ingin saya tulis. Harapan saya cuma satu kok, semoga ini bermanfaat bagi teman-teman semuanya. Jadi, jika dikira kurang bermanfaat, segera tutup blog ini, dan buatlah tulisan yang lebih ciamik lagi. Cheers.

Comments

Popular posts from this blog

20(13)

Patah

Sapa Rinduku Untukmu