Antara Corak Bunga, Boyband, dan Al-Mu'min 039


Ini ditulis di saat seharusnya saya gak boleh menulis. Bukan tempat dan waktu yang tepat. Jadi jangan dicontoh ya, hahaha. Well, akhirnya ada kemauan untuk menulis lagi. Menulis (mengetik) itu menyenangkan, tapi kalau saya sih, memang harus dapet mood yang pas untuk melakukan itu. Pas bukan selalu mood yang baik, lebih ke mood mau menuangkan dengan kata-kata gengges di sini. Bisa jadi ketika perasaan baik dan bercorak bunga-bunga (okay, semacam dedek-dedek vintage gitu) atau ketika sama sekali gak baik. Misal dalam beberapa kali waktu yang lalu, saya sempat menuliskan tentang saat sadar kalau terlalu kangen sama Bapak, mood yang didapat pas, dengan suasan hati yang campur aduk kayak cucian laundry.

Siang ini, saya mencoba iseng bercerita lagi. Banyak hal yang terjadi. Rambut semakin panjang dan belum ada niat untuk potong ala-ala boyband korea. Berat badan relative stabil, stabil kenaikannya dan mencapai angka 56 ! how come…… ya bisa aja sih, secara kegiatan rutin adalah ngemil. Ngemil nasi, minum susu (walaupun low fat kalo tiap hari juga sama aja kan ndan). Ya begitulah. Tapi syukurlah gak ada yang complain. Kalaupun ada, diterima dengan baik dan disimpan di lubuk hati terdalam tanpa follow up hahahahahahaha. Balik lagi ke masalah mood saya sekarang untuk menulis. Temanya sepertinya sudah pernah saya bahas sih, tapi berhubung terserah saya juga kan ya mau nulis apa di sini, jadi ya silakan teruskan baca paragraph kece di bawah ini, kalau gak suka, mending tolong beli es batu di Timbuktu.

Beberapa kejadian dan cerita saya dengar akhir-akhir ini. Mirip tema lost and found di blog yang dulu. Di mana sekencang apapun kita untuk meng-hak-i hal yang kita suka, yang kita anggap memang milik kita, yang katanya disiapkan memang untuk kita, yang kita sayangi, yang kita punyai, dan lain-lain yang pada intinya adalah punya kita di dunia ini, suatu saat nanti akan bukan jadi hak kita lagi. Mengutip ayat Al Quran Surat Al-Mu’min (ayat 039) yang terjemahannya kurang lebih seperti ini : 

Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (untuk sementara waktu sahaja) dan sesungguhnya hari akhirat itulah sahaja negeri yang kekal.

Pertama. Ini kali pertama saya menulis di blog dengan mengutip ayat di Al Quran. Agak ragu-ragu sebenarnya, tapi terlanjur juga saya tulis walaupun bisa sih di-edit, tapi biarlah, hahaha…. Kedua, secara kasar, dari ayat itu, saya sendiri yakin, bahwa apapun yang kita punyai di dunia ini suatu saat nanti akan kita tinggalkan, kecuali daftar perbuatan baik yang alami yang tentunya akan dicatat oleh malaikat yang baik. Saya sendiri sangat yakin bahwa saya belum bisa meninggalkan hal-hal duniawi seperti makan enak, koleksi ini itu (baca : sepatu-jam tangan-sepatu-jam tangan-sepatu-jam tangan-and so on), tertarik untuk mempunyai peralatan yang modern dan canggih, dan sebagainya. Iya, kan saya manusia biasa juga sama seperti kamu yang baca tulisan ini. Even teman saya seorang romo, pun dia tidak bisa meninggalkan rokok-nya karena memang pertama itu tidak dilarang, kedua karena sudah addict dan ketiga karena enak aja, hahaha

Tentang orang-orang di sekeliling kita. Yang dicintai, yang tidak dicintai, yang biasa, yang membenci kita dan sebagainya. Suatu saat akan kembali kepada pencipta. Ntah benar atau salah saya juga tidak tahu. Di akhir zaman nanti, apakah orang-orang yang dipanggil kembali oleh Tuhan Yang Maha Segalanya akan saling mengenal satu sama lain. Kalau diantara kalian ada yang tau tentang hal ini tolong saya dikabari dong, boleh comment, sms atau telepon gak usah deh, kirim surat aja biar vintage kayak dress bunga-bunga gitu. Skip, mulai random. Saya sih berharapnya, di akhir jaman nanti, saya bisa kembali bertemu dengan keluarga, orang-orang terkasih semuanya di surga milik Tuhan. Wait. Agak serem juga sih bayangin apa yang saya tulis ini, tapi yaaaa memang itu pasti akan terjadi entah kapanpun itu.

Kehilangan orang yang terkasih. Lebih sedih daripada gak naik kelas 3 kali berturut-turut, atau gagal di sidang skripsi, atau ditolak kerja. Sekali yang saya alami sewaktu Bapak dipanggil ke surga. Iya surga, saya sangat pede kalau Bapak termasuk orang-orang baik dan dipilih Tuhan untuk duduk bersama sambil ngeteh di sana. Pasti aka nada kejadian selanjutnya, siapapun itu. Baik orang-orang terkasihku, mu, semuanya. Karena akan selesai dan habis pada akhirnya nanti. 

Cukup. Untuk menulis sepanjang 1,5 halaman A4 dengan tema seperti ini pun saya kurang kuat. Langsung flashback beberapa tahun lalu ketika mengantar Bapak bersama berates kerabat ke rumah istirahat terakhir Bapak. Well, silakan menyimpulkan mood seperti apa yang saya alami sekarang hehe..

Bye sugar! Cheers.  

Comments

Lately n' Later said…
Ada 1 hal menarik ttg mana yg lbh sedih,kehilangan yg sepertinya milik kita atau ga ngedapetin apa yg dirasa seharusnya bisa,.
Well,orang yg kehilangan walaupun sakitnya ga nahan,at least got their chance..
Sedih karena nyesel ga ngasih yg terbaik selagi bisa itu sangat kodrati.. Tp sedih karena ga pernah dpt kesempatan never seems fair enough..
Kayaknya mba wandan juga pernah nulis jauh baik ketika kita "bisa merasa" daripada hanya "merasa bisa", tp kayaknya waktu nulis itu konteksnya agak beda sih,ya bisa2nya nyambungin aja,hehe..
Salam buat orang2 tercinta in your past,present,future,and after life :)
Anonymous said…
Kehilangan orang yang terkasih apapun bentuknya jelas sedih lah. hahaha :)

watu gunung

Popular posts from this blog

20(13)

Patah

Sapa Rinduku Untukmu