Sapa Rinduku Untukmu

Hai !

Ini jam 23.26 WIB, 10 May 2020, sambil dengerin lagu 'If' dari Bread.

Apa kabar? Selalu alasan yang sama. Terlalu lama tidak ada di sini. Terakhir Maret 2019. Setahun lebih, tidak terasa. Sungguh tidak terasa. Serasa baru kemarin aku pindah ke Jakarta untuk menjalani prosesku yang baru dan sekarang sudah 4 tahun lebih aku di sini. Di saat teman-temanku bertaruh aku gak akan betah di Jakarta, ternyata lumayanlah ya bisa sampai 4 tahun di sini. Coba aku ikut pasang taruhan, pasti lumayan buat beli token listrik.

Ini bulan May 2020. Sudahlah. Kita semua tahu apa yang sedang terjadi di seluruh negeri. Dibilang cobaan, entahlah aku gak yakin. Selalu ada sisi baik dibalik sisi buruk. Walau kadang ada abu-abu. Sudah hampir 2 bulan menjalani 95% aktivitas harian di rumah. Seakan dunia diputar menjadi hal yang sama sekali tidak aku duga sebelumnya. Aku tidak tahu apakah kamu pernah menduga hal ini akan terjadi atau tidak. Yang awalnya sangat bahagia karena dapat Work From Home setiap hari Jumat, sekarang menjadi setiap hari. Mau bilang bosan aku malu. Sangat malu karena ternyata dalam situasi yang seperti ini banyak hal yang aku sadari. Dari yang memang harus aku syukuri, ditambah melihat keluar sana banyak yang lebih tidak beruntung dari kondisiku sekarang. Malu sekali untuk tidak bersyukur bahwa sekarang masih bisa bertahan dengan sekarang sedangkan di sana banyak yang kehilangan kakinya dan menangis di jalanan memohon kepada semesta dan siapa saja untuk mengulurkan tangan. Kehilangan pekerjaan padahal satu-satunya sumber pemasukan dalam keluarga. Kehilangan penghasilan karena lapaknya harus tutup. Kehilangan pemasukan harian karena tidak ada orderan ojek/membeli makanan. Sepi. Sepi. Sampai hanya bisa menangis dan mengutuk keadaan. Mengutuk pemerintahan pun juga lelah. Merundung keadaan yang paling bisa dimaklumi karena keadaan tidak akan pernah protes jika kita salahkan. Banyak yang akhirnya berjuang di jalan yang belum pernah ditempuh sebelumnya. Yang tidak pernah masak menjadi harus bisa masak karena harus dijual agar dapat kaki cadangan. Yang biasanya langganan netflix harus stop karena harus mengencangkan ikat pinggang dan ternyata hidupnya juga masih indah walaupun tidak nonton The King: Eternal Monarch secara on time. Masih ada di tancap88 kan?

Aku bagaimana? Aku yang berkarya dan mencari rejeki dari sektor yang terkena dampak sangat signifikan dari pandemik ini. Pariwisata, perhotelan. Perlukah aku ceritakan kondisinya di sini? Aku rasa tidak perlu ya, teman-teman mungkin sebagian sudah tahu kondisinya. Hotel termasuk sektor yang terjun bebas. Lebih dari 1200 hotel di Indonesia harus temporary closing down alias tutup sementara karena kebijakan kesehatan melarang aktivitas berkumpul. Hotel salah satu sektor paling disiplin kalau ada peraturan pemerintah. Disuruh tutup ya kami tutup tanpa harus ada debat kusir. Diminta membatasi aktivitas di restoran, kami jalankan. Lalu bagaimana nasib kami? Sudahlah. Sudah banyak yang bersuara. Kami tidak akan turun ke jalan untuk demo karena lebih baik meningkatkan kemampuan diri untuk banting setir sementara ke hal lain. Jualan ini itu. Dari yang awalnya jadi manager, sekarang jualan buah. Yang awalnya supervisor, sekarang jualan cuanki. Yang awalnya posisi mentereng, sekarang jualan baju. Malu? Tidak. Buat apa malu. Halal dan tidak menyakiti orang lain. Ya kan? Semua harus bisa bertahan dengan jalan masing-masing yang diyakini. Asalkan semua dalam koridor yang benar. 

Kembali lagi, aku bagaimana? Aku keadaan baik, sehat. Bohong jika tidak ada sesuatu yang mengganggu dalam pikiranku. Bohong kalau aku harus pungkiri itu. Namun, yang bisa dilakukan sekarang adalah tetap bekerja semampunya bukan? Sebaik mungkin. Semaksimal yang kubisa. Sambil terus merapal mantra agar ini semua segera berakhir. Sambil terus mengambil makna dari semua kejadian ini. Kuambil yang bisa kujadikan tenaga dan sumber kepercayaan diriku. Berusaha keras menghindari hal-hal yang membuat sakit hati bahkan amit-amit menjadikan mentalku turun. Kondisi ini menempa lebih keras Capricorn seperti aku untuk lebih punya planning untuk nantinya. Semoga aku konsisten dengan niatku ini, HAHA !

Jujur aku tidak seratus persen #dirumahaja. Aku kadang keluar juga karena harus belanja dan aku butuh udara broh! Gak bisa aku di rumah dan pintu selalu tertutup. Aku tetap physical distancing kok. Aku juga gak mau berada di kerumunan. Selisipan sama orang aja aku betul betul jaga jarak. Sudah tidak terhitung berapa kali aku menegur orang karena terlalu mepet waktu antri di kasir atau di atm. Gak peduli mereka mau bete atau marah, tetep aku tegur. Ra seneng aku.

Heum. Hal lain yang aku syukuri selama WFH ini adalah waktu istirahat. Sebelumnya relatif 4 tahun aku bekerja ini isinya hidup di pesawat, kereta api, di mobil, di kantor, di kota lain, di pulau lain. Katakanlah sebulan aku ngantor itu kurang lebih 1-2 minggu aja. Sisanya jalan. Jalan dalam arti kerja keluar kota. Apalagi tahun 2019 dan awal 2020 ini. Pantat ini rasanya jarang menyentuh sofa di depan TV rumah. Sekarang? Sepertinya busa sofa ini setelah pandemik selesai minta ditambah karena terlalu bosan menopang aku tiap hari di sini hampir 12 jam, hehe.. Punggung ini sudah tidak sakit mengeluh lama di jalan karena kelamaan di pesawat atau menyetir Jakarta-Bekasi. Mata panda ini lumayan membaik, sudah tidak menghitam. Hal lain yang aku syukuri adalah bisa lebih banyak melihat dan menjalani aktivitas sosial. Berkabar dengan yang tidak pernah berkabar. Menghargai bahwa bertemu offline itu harganya sangat mahal. Bahwa waktu itu harganya tidak ternilai. Bahwa perhatian itu salah satu amunisi agar kita bisa bertahan di keadaan yang seperti ini. Paling seru adalah bisa melakukan hal-hal yang awalkan terpikir pun tidak. Contohnya adalah cover lagu sama teman-temanku musisi dari Jogja dan ada juga yang sama teman kantorku. Ambyar sih. Mukaku yang tanpa polesan dengan gagah berani berani kutayangkan, belum lagi suaraku yang biasa aja. Namun hal ini menyenangkan sekali ternyata dan cukup membantu merilis stres, walaupun saat merekam suara dan video sendiri sudah cukup bikin stress karena takut hasilnya jelek, takut suara AC ikut terekam, belum lagi tiba-tiba suara pintu kebuka, hahaha.. Seru sekali ternyata perjuangan merekam lagu yang tanpa alat pendukung ini :)

Selain itu, aku juga melakukan kelas webinar namanya CapriTALKS. Buatanku sendiri, aku sebar sendiri, bikin materi sendiri, bikin announcement sendiri, bikin email sendiri, bikin poster sendiri, bikin invitation sendiri, promo sendiri, bikin evaluation form sendiri, semuanya sendiri. Jadi ya memang ini program suka-suka aku. Sak lowongku, nek arep nggawe yo nggawe, nek kesel yo leren… Gak ada tujuan khusus. Cuma pengen berbagi dengan apa yang kujalani di dunia kerja yang hampir 10 tahun kalau formal, kalau total sama yang informal hampir 15 tahun. Pengen apa yang aku anggap bermanfaat untuk kehidupan, aku bagi dengan siapapun yang mau denger, makanya program ini masih sebatas suka-suka aja. Kelas pertama sudah kulakukan. Seru banget walau agak mirip reunian ya karena peserta semua teman-temanku dari kampus, teman kerja, kolega, kenalan yang tumplek blek jadi satu, tapi edan seru banget ! Jadi rindu, tapi berat. Biar Dilan aja.

#dirumahaja ini masih harus kutahan sampai waktu yang belum terlalu jelas ditentukan. Ada hilal awal Juni dan aku amini keras-keras walaupun Tuhan Maha Mendengar meski kurapalkan lirih. Apa lagi yang bisa kita lakukan selain mensyukuri masih diberikan kesehatan dan nafas sampai hari ini, ya kan? Sedih boleh, marah boleh, kecewa boleh, tapi jangan sering-sering, jangan kelamaan. Perut kita tidak akan kenyang hanya dengan menggerutu dan menyalahkan keadaan. Bergeraklah. Seperti pepatah Jawa ,”ora obah ora mamah”. Enggak melakukan sesuatu (gerak), gak akan bisa makan. Jangan terlalu berharap pada negara dan pemerintah. Terlalu banyak yang mereka pikirkan. Masyarakat yang majemuk dari segala sisi dan wilayah yang luas ini membuat PR pemerintah sepertinya gak selesai-selesai. Mulai aja dulu dari diri sendiri yang disiplin pakai masker (ini hal sepele tapi masih banyak yang cuek). Disiplin rajin cuci tangan walaupun tanganku sendiri sampe ngelupas dan kasar kayak omongannya Ferdian Paleka. Kalau orang lain tidak peduli dengan hal ini, minimal kita sudah melakukan untuk diri kita sendiri dulu, kita tidak berusaha mencelakai orang lain karena keteledoran kita karena tidak pakai masker contohnya. Jangan pernah lelah mengingatkan sekitar kita termasuk inner circle yang kadang ngeyel. Biar kita dicap sebagai orang penakut kena virus terserah. Aku sendiri masih pengen bisa sehat dan melanjutkan hidup lebih baik lagi dari sebelumnya. Kamu? Yakin gak mau hidup lebih baik? :)

Oiya terakhir. Satu hal yang aku syukuri sebagai orang yang ngefans banget sama langit dan awan adalah langit-langit yang indah bermunculan di sekitar komplek rumahku di Bekasi. Ngerasa ditampar sama Yang Maha Kuasa gak sih? Saat langit cerah-cerahnya dan polusi berkurang, tapi kita gak boleh jalan-jalan. Ya gitu manusia. Baru dikasih ujian naik kelas seperti ini baru belajar bersyukur lagi, termasuk aku. 

Sudah ya, sudah malam. Waktunya mencuci piring dan menyiapkan untuk sahur. Aku golongan males ribet gubrak-gubrak jam 3 pagi untuk masak, jadi marilah kita siapkan dari sekarang. Semoga kita bisa saling menguatkan untuk melewati ini semua. Menjadi manusia yang lebih baik, memanusiakan orang lain. Tidak merasa paling di antara manusia lain yang sama saja derajatnya di mata Tuhan. Semoga sehat selalu dan yang berpuasa tetap semangat! Yang dipuasain jangan cuma haus dan lapar ya. Tapi puasa nyinyir, puasa ghibah, puasa mengumpat. Makanya jangan nonton The World of the Married kalau masih jam puasa kecuali episode 14 bolehlah karena uwuwu banget. Oke?

Doaku buatmu agar sehat dan bahagia selalu. Salam dariku dan langit indah Bekasi. Salam rinduku untukmu. 

Cheers.










Comments

Popular posts from this blog

Grafik Perasaan

DISSENDIUM (Penjelasan ala Nikita Willy)