Room(mate)


Kamar tidur. Bisa sangat bermacam bentuk dan rupanya. Mungkin ada yang luas, sempit, bagus, mewah, simple, biasa aja, atau berlebihan (seperti kamar inul..hehe). Tapi bukan itu sih fokus saya. Saya senang berada di kamar saya. Sebuah loteng. Ya..ukurannya mungkin 2,5x4,2meter. Cukup luas. Tapi agak panas jika musim kemarau berkepanjangan kayak gini. Maklum, keluarga saya kan pendukung go green, jadi memang tidak memasang AC di rumah, di mobilpun tidak (sebenarnya gak gitu juga sih alasannya, hahaha..) tapi lepas semua itu, saya cukup bangga dengan kamar saya. Saya punya kamar ini secara kepemilikan pribadi pada tahun di mana kakak pertama saya menikah di tahun 2003. kamar ini adalah ruangan baru yang dibuat. Dulu rumah saya gak bertingkat, tapi karena memang untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang semakin banyak, jadi dibuatkanlah saya pagupon (rumah burung merpati dalam bahasa Jawa). Tebak, kamar saya warnanya apa? Warna favorit Vari, yaitu pink jadi gak usah heran, walaupun badan saya besar dan terlihat suka ngomong ceplas ceplos, tapi hati saya pink juga lho, hehe..
Di kamar saya ada beberapa perkakas milik saya pribadi. Sebuah kasur empuk yang cukup untuk satu orang, guling (tanpa bantal, karena saya tidur gak pake bantal), selimut pink, sarung punya alm.bapak saya, meja pendek untuk menulis 2 buah, 1 lemari pakaian, 1 cermin ukuran setengah badan beli di jalan Colombo, rak buku tinggi 1 buah, rak buku pendek 1 buah (dan ternyata masih kurang), 1 buah televisi 14 inch merek Philips (hitung saja itu warisan dari bapak), foto-foto dalam piguran yang cukup banyak, 1 set tape lumayanlah, jam dinding snoopy yang baterainya gampang habis, kipas angin buatan bapak, dan beberapa pernak pernik lain, uhm…ada celengan babi, celengan sapi, kotak gelang, box aksesoris, dan hanger di balik pintu buat nyantolin baju yang masih mau dipake. Hehe…apakah cerita saya terlalu lengkap?
Kamar saya selalu tahu apa yang saya lakukan. Saya omelkan, saya tangisi, saya ejek, saya marahi, saya ketawain, dan saya saya saya saya yang lainnya. Kamar ini layaknya kertas yang tidak pernah protes. Mungkin dia protes karena jarang dipel, tapi masih untung juga saya sapu dengan agak rajin. Kamar ini yang membantu saya untuk memperbaiki sikap negative saya. Tempat saya merenungi apa yang sudah saya lakuka, apa yang sedang saya hadapi, dan apa yang saya cita-citakan. Kamar ini juga yang membuat ponakan-ponakan saya mau ke lantai dua rumah saya. “pengen ke kamarnya mbak Wandan”. Alasannya gitu sih, tapi sebenarnya karena mereka pengen mengobrak abrik koleksi aksesoris dan buku saya, atau setidaknya loncat-loncatan di kasur saya (yang kebetulan sekarang ini pake sprei motif zebra pink item, gaul juga kan gueeee….animal print getoooh).
Kamar ini juga jadi tempat persembunyian saya kalo saya males ketemu atau ikut campur masalah orang lain yang ada di rumah ini, atau ketika saya ingin menyepi. Kamar ini saya buat sedemikian nyaman, sehingga ia juga pasti akan memberikan kenyamanan pula untuk saya. Kamar saya juga salah satu ruangan yang paling jarang dikunjungi oleh anggota keluarga saya yang lain, ya mungkin karena pada males juga ke atas, capek dan panas kalau siang. Tapi mungkin ke kamar saya sekedar meminjam baju atau yang lainnya. Namun, kalau saya sedang sakit, saya jarang diperbolehkan tidur di kamar saya sendirian. Saya dianjurkan oleh ibuk untuk tidur di bawah aja dan saya manut-manut aja sih. Oh iya, saya juga beberapa kali tindihan kalo tidur di kamar saya, ya tapi itu saya anggap sebagai kesalahan medis atas gerakan motorik otot tangan saya, sehingga darah dalam tangan saya tidak dapat mengalir dan bekerja dengan maksimal.
Sekarang, apakah kamu memelihara kamarmu dengan kasih sayang? Saya cukup sayang dengan kamar saya dan saya bersyukur dengan kamar yang sering panas kalo siang (dan khusus beberapa minggu ini malam hari juga panas). Silakan menonton beberapa gambar bagian pagupon saya. Cheers. 

 ini rak jurnal, majalah. novel, dan beberapa pernak pernik (tuh ada moncong babi kuning, hehe..)

meja pendek yang biasa buat ngerjain laporan atau menulis apapun,
ada foto-foto juga (yang bingkai besar itu bikinan bapak, isinya foto banyak bgt dari saya kecil sampai udah agak besar)
 seperangkat tape warisan bapak juga dulu waktu masih kost di Jakarta

 rak besar isinya buku juga, handout, kertas-kertas 
dan juga foto. Di sebelahnya ada cermin setengah badan tanpa alat-alat make up
seperti perempuan seusiaku yang kebanyakan:)

televisi warisan bapak (juga) dan jendela yang membuat kamarku
juga bisa disebut dengan pagupon, hehe... 

Comments

athanasius wrin said…
saya jadi terinspirasi untuk membereskan kertas2 di kamar saya yang banyak sekali,hahaha...

mantap gan!

Popular posts from this blog

20(13)

Patah

Sapa Rinduku Untukmu