Weekend Moral

Hari Sabtu-Minggu, tanggal 20-21 Maret 2010, saya ada acara. Sebenarnya bukan acara saya juga sih, tapi acara wajib kampus yang seharusnya dulu saya ikuti, tetapi karena sesuatu hal, saya baru mengikuti sekarang. Namanya Weekend Moral. Acaranya adalah menginap di sebuah asrama mahasiswa yang bernama Syantikara, ada di depan wisma MM UGM, di daerah Colombo. Saya bersama teman-teman yang mengambil mata kuliah Filsafat Moral menginap di sana. Itu adalah rangkaian kegiatan kuliah sebenarnya, jadi mau gak mau saya harus ikut. Pada awalnya, saya agak merasa kurang comfort dengan acara itu, karena saya bersama teman-teman angkatan 2009. Bayangkan!


Tetapi, ternyata sampai di sana, ada teman saya seangkatan yang juga belum mengambil weekend moral, lumayanlah buat temen..hehe..:) Lanjut. Acaranya adalah mendengarkan, menonton film, menyimak, berdiskusi, dan kebanyakan adalah refleksi.


Jujur, saya sudah agak bosan dengan cara yang seperti itu, karena waktu smp dan smasaya banyak mendapatkan pendidikan moral dengan cara retret atau apapun lah sebutan lainnya. Namun, satu sesi yang membuat saya bengong adalah tentang aborsi.


Gosh! Saya hampir tidak bisa berkata-kata. Pada sesi itu, kami diperlihatkan sebuah film berdurasi 6 menit tentang aborsi. Sebelumnya, kami menonton film berdurasi 40 menit tentang seorang ibu yang sengaja direkam oleh pihak BBC, sejak ia melakukan hubungan seksual dengan suaminya, hingga saat persalinannya. Ibu ini sudah berumur, dan pada awal pernikahannya ia dan suami merasa bahwa anak bisa nanti-nantilah. Akan tetapi, ketika mereka menginginkan seorang anak, yang ada hal itu belum dikabulkan oleh Yang Kuasa. Seiring waktu, maka berhasilah sepasang suami-istri itu untuk mempunyai anak. Dalam film itu, memang benar-benar ditunjukkan perubahan biologis dan mental, dari yang tidak dirasakan ibu, tetapi nyata terjadi dalam tubuhnya. Canggihnya, film ini menggunakan teknologi dimensional, di mana perubahan satu sel pun dalam tubuh ibu ini dapat direkam dengan sangat manis!


Kembali ke masalah film aborsi. Pada intinya film itu menunjukkan betapa janin yang mulai ada di dalam tubuh seorang peremupuan, dari 500juta sprema yang masuk dalam tubuh perempuan setiap kali seorang pria dan wanita melakukan hubungan seksual, kemudian sperma itu mati satu per satu, hingga akhirnya 1 buah sperma pilihan berhasul menembuh cairan asam yang ada di leher rahim dan berhasil dalam pertemuan dengan ovum di dinding rahim seorang perempuan. Film itu juga secara runtut merekam pertumbuhan janin, dari kecil, hingga sebesar kepalan tangan orang dewasa. Di saat yang tidak terduga, janin itu, oleh kehendak orang yang membuat ia ada dalam rahim ibunya, dibunuh dengan sengaja. Sebenarnya aborsi sendiri ada 3, yaitu (1) yang disengaja, (2) karena tidak disengaja/keguguran, (3) alasan media dengan pertimbangan kesehatan ibu. Nah, yang salah adalah yang nomor 1 dan nestapa-nya hal itu yang sekarang makin banyak terjadi. Dalam film itu, diperlihatkan bagaimana seorang dokter sedang melakukan praktek aborsi, dengan cara memasukkan besi dengan ujung melengkung, di mana ujung itulah yanhhg digunakan untuk memotong bagian-per bagian dari janin itu, hingga semuanya hancur dan keluar dari rahim ibunya. (saya ingin menangis).


Mungkin buat kamu yang belum pernah melihat film documenter itu secara langsung akan mengatakan saya lebay atau sok tahu, tapi cobalah kamu mencari film itu, dan rasakan betapa sekecil apapun janin yang berkembang dalam tubuh seorang ibu, itu adalah makhluk Tuhan yang sudah BERNYAWA.


Sedihnya lagi, ketika sekarang sering kita jumpai tulisan-tulisan di perempatan atau di jalan-jalan, ada tulisan “TERLAMBAT DATANG BULAN, HUB.081000000”. Pasti pernah donk melihat tulisan itu, nah itulah kawan, itu adalah tempat praktek aborsi yang berkedok pengobatan terlambat datang bulan. Ya memang terlambat datang bulan, karena sedang hamil, dan diselesaikan dengan pembunuhan darah dagingnya sendiri. Tak sedikit pula yang melakukan itu adalah dokter edan, atau dokter gadungan, atau juga dukun-dukun bayi.


Maka teman, yuk mari jaga tubuh dan perilaku kita, mungkin kata orang-orang yang mengalami Married by Accident (tekdung) itu memang benar, bahwa “enaknya cuma pas gituan doank, paling gak sampe 10 menit tapi abis itu, setengah mampus jalaninnya”. Itu kutipan yang saya dapat dari beberapa kasus di sekitar saya. Mereka mengatakan bahwa melakukan seks di luar pernikahan itu enaknya sesaat, taapi jalanin kehidupan setelah itu yang berat, bayangkan ketika si calon ibu harus cuti dari kuliah atau keluar dari sekolahnya, si ayah yang belum mendapatkan pegangan pekerjaan apa-apa, biaya untuk menghidupi keluarga kecil yang baru, dan lain sebagainya. Mungkin ada juga yang tidak begitu mengalami kesusahan setelah mengalami kejadian seperti itu, tetapi jelas yang merasakan akibat beruntun dari perbuatan bodoh mereka (mereka sendiri yang menyebut itu) juga jumlahnya lebih banyak dari yang biasa aja.


Semoga semuanya bisa mengambil sesuatu yang bermanfaat dari tulisan saya ini ya, maaf jika bernada menggurui, tapi itu bukan maksud saya. Saya hanya ingin berbagi kisah saja. Semangat untuk menjalni hidup dengan sehat! Cheers.

Comments

mimpikiri said…
aku merinding bacanya, aku belum pernah nonton film tentang aborsi, cuman pernah baca di buku2 aja. Pernah si ada temen yang mo ngelakuin kayak gini, aku ngobrol ke dia, nemenin , sharing. thanks god, Jadinya temenku itu ga jadi aborsi.
wandan said…
iya tria, sumpa deh pas ak liat yang ada merinding, ikut sakit ati, dan terus bertanya2 kok bisa gt lho..:-/ semoga dunia ini makin membaik ya.
Itu baru yang beberapa menit, Ndan. Aku pernah nonton yang beberapa puluh menit. Oh ya, so sorry kalo terkesan blak-blakkan. Gpp ya?

Nah kalo di film itu yg aku tonton, digambarin detail gimana kepala bayi itu di'geprek' kayak bawang putih. Trus keluar dalam bentuk potongan tubuh kecil2. Menurut pengakuan ibu-ibu yg melakukan aborsi (pantes gk ya dibilang sebagai seorang ibu?), aborsi itu menyakitkan dan beresiko menyebabkan kematian.

Cuma aku mikir lain lagi sih, Ndan. Kalo aku di posisi yg melakukan MBA, trus milih aborsi pasti aku layak u/ dizolimi dan gk boleh aborsi dong ya? x)
Cuma andaikan aku dipihak yang misalnya "diperkaus" trus harus menanggung bayi yang aku gk penginin, waduh... susah sekali u/ tidak memilih jalan aborsi, Ndan.

Memang ada kelompok orang yg menganggap itu juga dosa, cuma masalahnya adalah ketidakikhlasan dalam menjalani hidup dengan anak yang bapaknya kita benci setengah mati juga dosa. Ah, tauk deh. Itu cuma selentingan pemikiran odong-odongnya Aku saja.

Bagaimana pun yang menjalani aborsi pasti punya alasan terselubung kenapa mereka mau memilih jalan seperti itu, dan biasanya orang tidak mau tahu alasan tersebut. Bagi orang yang berpikir sempit, aborsi itu dosa. Titik.

Semoga kita tidak menjadi bagian dari orang-orang yang hanya bisa berpikir sempit ya, Kawan. SEMANGAT!

Popular posts from this blog

20(13)

Patah

Sapa Rinduku Untukmu