Bicaralah

Have you ever really wanted to ask a question, but you didn't because you knew in your heart that you wouldn't be able to handle the answer? Have you?

Kalimat tadi muncul di pikiran saya malam ini. Sekarang (current time), saya sedang di Semarang. Tadi saya sudah hampir tidur di bawah selimut nyaman lalu tiba tiba kalimat tadi lewat begitu saja. Kemudian saya tuliskan di instagram. Ntah kenapa saya ingin posting aja. Beberapa teman menanggapi bahwa 'ya, mereka pernah merasakan dan melakukan itu'.

Sangat ingin menanyakan sesuatu kepada seseorang, tapi gak jadi tanya hanya karena merasa gak sanggup dengar jawabannya. Mungkin kalau di breakdown, jalan ceritanya bisa bermacam. Bisa jadi masalah pekerjaan, saat seseorang ingin bertanya ke atasannya tapi takut dan gak siap dengan jawabannya. Bisa jadi juga masalah asmara dan kekasmarannan. Saat (mungkin) kita merasa ingin mengungkapkan perasaan kita, tapi (mungkin) sudah tahu nanti jalan ceritanya bakal seperti apa.

Mana yang teman-teman pilih? Memendam perasaan/pikiran/gagasan sepanjang hidup tanpa ada yang tahu, atau memilih membicarakan/mengungkapkannya walaupun tahu hasilnya akan seperti apa?

Saya memilih bicara. Biasa, capricorn. Haha.

Di pertemanan, di pekerjaan, saya memilih jika ada sesuatu yang kurang pas atau jika saya punya ide maka saya akan bicara. Jika diminta memilih, maka saya suarakan pilihan saya, bukan sekedar mengikuti suara terbanyak. Kalau sesuatu yang salah, maka minta maaf dan sebisa mungkin menjadikannya baik. Keras kepala iya juga. Punya keinginan yang kuat, iya juga. Tapi bukan berarti berkehendak (harus) terjadi. Walaupun saya akui saya capricorn yang sering banget ingin apa yang saya inginkan (harus) terjadi. haha, maafkanlah.

Kembali ke bahasan di atas. Pun saya juga pernah mengalami situasi demikian. Ingin bicara perasaan/mengungkapkan perasaaan, tapi bakal tahu banget bahwa feedback-nya tidak akan seperti yang saya inginkan. Beberapa kali saya memang membatalkan apa yang ingin saya bicarakan. Namun, tidak sedikit juga yang saya tetap sampaikan walau ujungnya kecewa. 

Minimal puas karena sudah mengungkapkan.

Katakan seperti ini (misalnya). Saat saya mempunyai rasa kepada seseorang, tapi sudah tahu bahwa pada akhirnya tidak akan bisa seperti yang saya harapkan. Atau mengungkapkan gagasan yang minoritas pendukung, yang saya sadari betul bahwa tidak akan digunakan idenya. Kurang lebih seperti itu. Tetapi ternyata hasilnya adalah, saya merasa saya lebih tenang jika sudah mengungkapkan apa yang saya rasakan/pikirkan. Walaupun kadang rasanya berat untuk bicara, dengan banyak sekali pertimbangan (lagi-lagi capricorn, overthinking), tapi akhirnya bicara. Walaupun setelah itu kecewa dan sudah sadar akan terjadi apa setelah itu, tetapi yang penting saya bicara. 

Tidak panjang yang ingin saya tulis di sini. Besok juga masih ngamen hari terakhir di Semarang, saya butuh mata fresh untuk mentransfer jampi-jampi mutakhir ke teman-teman di sini. Hanya ingin sedikit bercerita tentang wangsit malam ini. Kapan-kapan saya akan bahas capricorn dan beberapa kata teman saya mengenai ke-capricorn-an saya, ada juga yang bilang saya alpha woman. Haha.. sudah ya. Sampai bertemu di cerita berikutnya.  

Bicaralah :)

Comments

Popular posts from this blog

Grafik Perasaan

Sapa Rinduku Untukmu

DISSENDIUM (Penjelasan ala Nikita Willy)