Tajamkah Silet?


Halo. Sudah janji beberapa saat di twitter untuk menulis tentang tayangan silet yang kembali naik tayang dan alasan saya gak suka dengan tayangan itu. Beberapa saat yang lalu sebenarnya tayangan itu sempat turun karena pemberitaan yang menyatakan bahwa Yogyakarta adalah Kota Malapetaka. Hal itu terjadi saat kemarin ada peristiwa meletusnya Gunung Merapi yang memang tidak bisa dipungkiri membuat banyak warga meninggal dunia, persawahan, ternak, rumah, dan sebagainya juga ikut luluh lantah. tapi narasi yang diberikan oleh acara Silet tersebut sungguh tidak bijak. Bukannya memberikan sesuatu agar warga Jogja terus bersemangat, tetapi malah membuat warganya marah. Akibatnya, saat itu yang bertanggungjawab atas Silet diminta untuk meminta maaf dan tak tanggung-tanggung, tayang tersebut juga diminta untuk dicekal. Bagus deh, batin saya saat itu. Masalahnya, tayangan Silet kerap kali membuat suatu masalah yang kecil seolah-olah menjadi besar, masalah yang besar/keprihatinan disangkutpautkan dengan hal magis yang negative, masalah runcing semakin diperuncing, bahkan ketika itu bukan suatu masalah, tapi dibikin masalah. Katakan saja ketika memberitakan pernikahan atau perceraian, hayo mbok sudah, kalo menikah ya baik to, malah sering kali dikaitkan dengan biaya yang spektakuler, lalu dicari-cari dapet suntikan dana pernikahannya darimana, apakah ada maksud untuk menyaingin pernikahan selebriti lain dan sebagainya.
Selain itu, ketika ada bencana alam, lalu acap kali dibumbui dengan untaian kata yang makin membuat sedih dan marah. Apakah itu termasuk jenis tayangan yang member pengetahuan/edukatif? atau emmang sengaja tidak dimasukkan unsur edukasi di dalamnya? sekedar membuat berita yang spektakuler, sehingga banyak menuai respon dari penonton, rating naik, dan bodo amat mau diliat atau mendapat efek psikologis apa setelah menonton tayangannya.
Beberapa hari yang lalu, saya sempat menonton tv sore-sore sehabis kerja. Saya melihat iklan tayangan silet. Saya pikir, ohh paling juga udah gak kayak dulu lagi, udah ‘biasa’ aja. Tapi apa yang saya dapatkan? sekitar dua hari yang lalu saya menonton tayangan itu, dan kebetulan sedang membahas konser Justin Bieber di Indonesia April mendatang. Fenny Rose dengan cengkok nyengitnya itu mengatakan bahwa kemungkinan besar konser itu batal karena jadwal tur Justin Bieber ke Jakarta tidak tercantum di official web Justin. Lucunya, mereka juga menayangkan konfirmasi dari pihak promoter yang sudah jelas-jelas menyatakan bahwa konser itu tetap jadi dilaksanakan. Kemarin sempet tidak tercantum karena memang ada sesuatu yang belum beres, tetapi si mas-mas promoter tersebut sudah klarifikasi bahwa silakan lihat di web Justin lagi, sudah ada jadwal untuk konser di Jakarta. Lucu banget! Silet dengan serta merta tetap membuat situasi seakan-akan kedatangan Justin Bieber ke Indonesia itu belum pasti karena lagi-lagi masih menyangkut pautkan dengan Jakarta yang belum tercantum di official web Justin Bieber. Sampai akhir acara pun, masih dengan pernyataan yang mempertanyakan kejelasan kedatangan Justin. Sungguh tayangan yang tidak menyadari sisi psikis penontonnya. Ya mbok kalo sudah jelas jadi ya beritakanlah sudah fix jadi, gak perlu dibumbui dengan masih ada kemungkinan gak jadi, dan mungkinkah para fans Justin Bieber di Indonesia akan kecewa dengan ketidak hadiran idola mereka. helloooo.
Bukan masalah siapa artis yang mau datang ke Indonesia yang saya bahas, kebetulan yang pas saya tonton adalah pemberitaan konser Justin Bieber. itu sungguh adil dan menyakitkan untuk orang-orang yang sudah menunggu kedatangan Justin Bieber. Yah apapun yang saya tulis ini, intinya adalah, saya sama sekali tidak mendapatkan sisi edukasi atau hal positif yang dapat dipetik dari tayanga Silet selama saya menontonnya. Jelas sih, saya memang tidak menonton tayangan itu setiap mereka tayang, tetapi sejauh saya mengikutinya, tidak ada sesuatu yang bisa diambil dari tayangan Silet untuk hidup saya, hehe..ntah kalau buatmu sih. Yah, saya hanya menyayangkan bahwa program ini tayang di jam sore di mana setiap strata usia bisa menontonnya dan tidak sedikit anak di bawah umur juga ikut menonton. Jangan lupa bahwa orang tua atau keluarga juga seharunya pintar memilih tayangan yang cocok untuk dikonsumsi anak-anak atau remaja. Itu saja sih, sudah ya.. Semoga saja ada yang bermanfaat dari apa yang saya ketik kali ini. cheers.

Comments

Popular posts from this blog

Grafik Perasaan

Sapa Rinduku Untukmu

DISSENDIUM (Penjelasan ala Nikita Willy)